#BlogArchive1 .widget-content{height:300px;width:auto;overflow:auto;}

Pages

Tuesday, December 7, 2010

Aku Memang GILA!

Aku merasa sangat BODOH dan GILA. Di tengah hiruk pikuk kesepian kota karena hujan yang mengguyur Jakarta sore ini ditambah dengan penatnya kepala karena sakit. Aku tetap berjalan menyusuri rumah keduaku, untuk beristirahat sembari menunggu, ingat menunggu!
Aku memang bodoh dan gila, hanya ada 1 teman yang membuatnya dapat menunggu selama 6 jam. Dan dengan entengnya dia bilang,"oh, kirain gak jadi, abis bunyi smsnya yaudah".

Cukup banyak menghela nafas, bukan sekali atau dua kali, sudah lebih dari cukup, dan kejadian ini berulang kembali.
Entahlah Aku yang BODOH dan GILA, menunggu tanpa sebuah jawaban. dan dikira temannya bahwa mungkin aku tak serius menunggunya.

Sebuah tragedi di malam tahun baru yang membuat Aku pun terkunci terkapar di pelataran rumah sendiri.

Sekali lagi
"Bahkan walaupun daun tidak pernah membenci angin, hanyalah badai yang tega membuat daun bahkan pepohonan itu rubuh"

Entahlah sekarang apa yang dapat Aku pikirkan untuk temanku itu. Apa yang harus Aku lakukan dan pikirkan untuk teman yang selama ini sangat baik padaku.

061210

Monday, November 8, 2010

Mbah Surip dan Mbah Maridjan ^_^

Asslamu'alaikum.. Bismillah

hanya berusaha mengambil setitik hikmah dari serangkaian peristiwa,,

dengan

meletusnya gunung merapi kemarin, seprti halnya kita ketahui bahwa juru kunci gunung merapi pun ikut terlahap oleh ganasnya abu vulkanik yang menyembur dari gunung merapi..

Ya, MBAH MARIDJAN, begitu kita kenal beliau ^_^ --> terkenal juga dengan iklan roso-roso nya :)









belum lama ini pun, masih lengket dalam ingatan, MBAH SURIP telah mendahului mbah maridjan menghadap Yang Maha Kuasa..

Mbah surip ini

pun terkenal dengan lagunya, seperti Tak Gendong kemana-mana atau juga Bangun Tidur ^_^


dan Mbah-Mbah yang terkenal seantero Indonesia mungkin dunia ini pun sudah meninggalkan kita. layaknya pepatah bilang, " Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama"




Baik alm. Mbah Surip maupun Mbah Maridjan meninggalkan jejak yang ruaar

biasa..


1. Mereka selalu bertanggung jawab terhadap AMANAH yang telah mereka pikul, Mbah Surip dengan menjaga keluarganya dan Mbah Maridjan dengan menjaga Gunung Merapi (amanah Sultan Hamengkubuwono IX, bagi yang belum tahu)

2. Walau mereka telah menghasilkan uang yang banyak ( Mbah Surip melalui RBT-nya meninggalkan 4,1M Insya allah kalau tidak salah, dan Mbah Maridjan pun begitu adanya dengan iklan dari "Roso-rosonya"). Namun mereka tetap sederhana

3. Tidak ada ketamakan setelah melalui AMANAH dan KEKAYAAN. ya, tetap sederhana, menjaga amanah, serta tidak timbul tamak untuk mengambil HARTA ORANG LAIN (KORUPSI..!!)

4. Otomatis, mereka pun BERTANGGUNG JAWAB atas amanah mereka di dunia. (untuk akhiratnya, karena saya bukan orang dekat mereka dan tak pernah tayang di TV, jadi saya hanya berhusnudzon)

5. JUJUR!


Lalu setelah kepergian 2 mbah-mbah luar biasa ini, akan kah muncul MBAH2 baru yang akan dapat menggantikan hikmah2 yang mereka berikan??Atau kah akan timbul PEMUDA PEMUDAH tangguh luar biasa, yang dapat menggantikan hikmah yang telah mereka beri dan membuat perbaikan di negeri ini!

Menjadi pemimpin negeri ini dimasa depan, dengan jiwa, pribadi, dan mental yang tangguh..!

HAI PEMUDA, BANGKITLAH!! BANGKITLAH DARI TIDURMU, BANGUNKAN MORALMU, ISI BATINMU, DAN PERKAYA AKHLAKMU..!!!

Sesungguhnya Rasul saw bersabda,

"Innama buitstuli utammima makarimal akhlaq!!" --> sesungguhnya Aku di utuskan untuk menyempurnakan Akhlaq..


Semoga ini menjadi pembangkit semangat untuk saya lebih khususnya dan kepada seluruh khalayak negeri ini, maupun seluruh dunia.

Akankah muncul pemuda-pemuda macam:

1. Ali bin Abi Thalib* (pemuda pertama yang masuk Islam (semoga tidak salah), termasuk khalifaturrasyidin dan yang termuda)

2. Umar bin Abdul Aziz (di usia 36 tahun, dalam masa kepemimpinan kekhalifahan selama 2 tahun 5 bulan 5 hari.Pada waktu inilah dikatakan tiada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat sehingga harta zakat yang menggunung itu terpaksa diiklankan kepada sesiapa yang tiada pembiayaan untuk bernikah dan juga hal-hal lain)

3. Abdullah bin Abbas (muda usianya, luas ilmunya)

4. Usamah bin Zaid (Panglima Muda Kecintaan Rasulullah)

5. Harun Al-Rasyid (Sang penakluk Konstantinopel) dan Muhammad Al-Fatih II (melanjutkan perjuangan dan pasukan yang terbaik di seluruh jagad)

6. Dll.


Wassalam. Bangkit PEMUDA-PEMUDI!

-291010-

Friday, September 24, 2010

CINTA

Cinta

Layaknya Pepasir yang setia menemani Lelautan

Cinta

Seperti Atmosfir, selalu melindungi Bumi

Cinta

Melihat matahari, tidak silau karena naungan awan. Ya.. Awan

Cinta

Sama dengan Sayap Burung. Membawa tterbang tinggi, tidak menjatuhkan

Cinta

Menerangi dikala gelap, begitu juga bintang

Cinta

Semestinya hijau seperti rerumputan. Menentramkan mata dan menenangkan jiwa

Cinta

adalah Simbiosis Mutualisme, meniru Burung Jalak dan Kerbau

Cinta

layaknya sebuah cahaya, memberi secercah harapan di kala pudarnya

Cinta

Suci, layaknya iman.

Cinta

terkadang seperti batu, hanya diam tanpa bicara. Bukan tidak ingin namun belum saatnya.

Cinta

juga harus seperti burung, berkicau, memerdukan suasana, agar saling terasa. Pada saat yang tepat.

Dan Begitulah Cinta ^_^

Thursday, August 26, 2010

DOA

Aku suka membuat surprise

Tapi aku tak suka diberi surprise

Aku lebih senang orang orang tidak mengetahui caraku bekerja

Aku juga senang apabila orang mengira itu bukan hasil jerih payahku

Karena aku tak ingin meninggikanku

Karena aku tak ingin orang melupakanku

Karena aku adalah DOA..

Tersipu Malu


Aku berdiri,

Mata memandang nan jauh disana,

Berjalan.. Berlari..

Menepi dan terjungkal..

Ladang minyak tumpah,

Api berkobar

Mengemosikan udara

Sepi.. Sunyi..

Angin semilir mengundang kembali

Bermimpi...

Tak kunjung menentukan arah

Tiada bergerak

Seperti.. MATI!

Telusuri hati,

datang, melongok, langsung pergi

Salah.. tak berucap, tiada menyapa

Hanya dingin saja

Kembali.. kembali.. Kembali..!!

Sisir mimpi yang terabaikan, cuci kembali,

Ku tersipu malu

EHP,

190810

Kesederhanaan dan teladan Umar ra

Umar Bin Khattab bertemu Uskup Sophronius

Berita kedatangan bala bantuan kepada pasukan Muslim yang tengah mengepung kota membuat pasukan dan warga Kristen dan Yahudi yang berdiam di dalam kota menjadi ciut. Mengingat kedudukan Yerusalem sebagai kota suci, sebenarnya pasukan Muslim enggan menumpahkan darah di kota itu. Sementara kaum Kristen yang mempertahankan kota itu juga sadar mereka tidak akan mampu menahan kekuatan pasukan Muslim. Menyadari memperpanjang perlawanan hanya akan menambah penderitaan yang sia-sia bagi penduduk Yerusalem, maka Patriarch Yerusalem, Uskup Agung Sophronius mengajukan perjanjian damai. Permintaan itu disambut baik Panglima Amru bin Ash, sehingga Yerusalem direbut dengan damai tanpa pertumpahan darah setetespun.

Walaupun demikian, Uskup Agung Sophronius menyatakan kota suci itu hanya akan diserahkan ke tangan seorang tokoh yang terbaik di antara kaum Muslimin, yakni Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu. Sophronius menghendaki agar Amirul Mukminin tersebut datang ke Yerusalem secara pribadi untuk menerima penyerahan kunci kota suci tersebuit. Biasanya, hal ini akan segera ditolak oleh pasukan yang menang. Namun tidak demikian yang dilakukan oleh pasukan Muslim. Bisa jadi, warga Kristen masih trauma dengan dengan peristiwa direbutnya kota Yerusalem oleh tentara Persia dua dasawarsa sebelumnya di mana pasukan Persia itu melakukan perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan juga penajisan tempat-tempat suci. Walau orang-orang Kristen telah mendengar bahwa perilaku pasukan kaum Muslimin ini sungguh-sungguh berbeda, namun kecemasan akan kejadian dua dasawarsa dahulu masih membekas dengan kuat. Sebab itu mereka ingin jaminan yang lebih kuat dari Amirul Mukminin.

Panglima Abu Ubaidah memahami psikologis penduduk Yerusalem tersebut. Ia segera meneruskan permintaan tersebut kepada Khalifah Umar r.a. yang berada di Madinah. Khalifah Umar segera menggelar rapat Majelis Syuro untuk mendapatkan nasehatnya. Utsman bin Affan menyatakan bahwa Khalifah tidak perlu memenuhi permintaan itu karena pasukan Romawi Timur yang sudah kalah itu tentu akhirnya juga akan menyerahkan diri. Namun Ali bin Abi Thalib berpandangan lain. Menurut Ali, Yerusalem adalah kota yang sama sucinya bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi, dan sehubungan dengan itu, maka akan sangat baik bila penyerahan kota itu diterima sendiri oleh Amirul Mukminin. Kota suci itu adalah kiblat pertama kaum Muslimin, tempat persinggahan perjalanan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam pada malam hari ketika beliau ber-isra' dan dari kota itu pula Rasulullah ber-mi'raj. Kota itu menyaksikan hadirnya para anbiya, seperti Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa. Umar akhirnya menerima pandangan Ali dan segera berangkat ke Yerusalem. Sebelum berangkat, Umar menugaskan Ali untuk menjalankan fungsi dan tugasnya di Madinah selama dirinya tidak ada.

Kepergian Khalifah Umar hanya ditemani seorang pelayan dan seekor unta yang ditungganginya bergantian. Ketika mendekati Desa Jabiah di mana panglima dan para komandan pasukan Muslim telah menantikannya, kebetulan tiba giliran pelayan untuk menunggang unta tersebut. Pelayan itu menolak dan memohon agar khalifah mau menunggang hewan tersebut. Tapi Umar menolak dan mengatakan bahwa saat itu adalah giliran Umar yang harus berjalan kaki. Begitu sampai di Jabiah, masyarakat menyaksikan suatu pemandangan yang amat ganjilyang belum pernah terjadi, ada pelayan duduk di atas unta sedangkan tuannya berjalan kaki menuntun hewan tunggangannya itu dengan mengenakan pakaian dari bahan kasar yang sangat sederhana. Lusuh dan berdebu, karena telah menempuh perjalanan yang amat jauh.

Di Jabiah, Abu Ubaidah menemui Khalifah Umar. Abu Ubaidah sangat bersahaya, mengenakan pakaian dari bahan yang kasar. Khalifah Umar amat suka bertemu dengannya. Namun ketika bertemu dengan Yazid bin Abu Sofyan, Khalid bin Walid, dan para panglima lainnya yang berpakaian dari bahan yang halus dan bagus, Umar tampak kurang senang karena kemewahan amat mudah menggelincirkan orang ke dalam kecintaan pada dunia.

Kepada Umar, Abu Ubaidah melaporkan kondisi Suriah yang telah dibebaskannya itu dari tangan Romawi Timur. Setelah itu, Umar menerima seorang utusan kaum Kristen dari Yerusalem. Di tempat itulah Perjanjian Aelia (istilah lain Yerusalem) dirumuskan dan akhirnya setelah mencapai kata sepakat ditandatangani. Berdasarkan perjanjian Aelia itulah Khalifah Umar r.a. menjamin keamanan nyawa dan harta benda segenap penduduk Yerusalem, juga keselamatan gereja, dan tempat-tempat suci lainnya. Penduduk Yerusalem juga diwajibkan membayar jizyah bagi yang non-Muslim. Barang siapa yang tidak setuju, dipersilakan meninggalkan kota dengan membawa harta-benda mereka dengan damai. Dalam perjanjian itu ada butir yang merupakan pesanan khusus dari pemimpin Kristen yang berisi dilarangnya kaum Yahudi berada di Yerusalem. Ketentuan khusus ini berangsur-angsur dihapuskan begitu Yerusalem berubah dari kota Kristen jadi kota Muslim.

Perjanjian Aelia secara garis besar berbunyi: "Inilah perdamaian yang diberikan oleh hamba Allah 'Umar, Amirul Mukminin, kepada rakyat Aelia: dia menjamin keamanan diri, harta benda, gereja-gereja, salib-salib mereka, yang sakit maupun yang sehat, dan semua aliran agama mereka. Tidak boleh mengganggu gereja mereka baik membongkarnya, mengurangi, maupun menghilangkannya sama sekali, demikian pula tidak boleh memaksa mereka meninggalkan agama mereka, dan tidak boleh mengganggu mereka. Dan tidak boleh bagi penduduk Aelia untuk memberi tempat tinggal kepada orang Yahudi."

Setelah itu, Umar melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem. Lagi-lagi ia berjalan seperti layaknya seorang musafir biasa. Tidak ada pengawal. Ia menunggang seekor kuda yang biasa, dan menolak menukarnya dengan tunggangan yang lebih pantas.

Di pintu gerbang kota Yerusalem, Khalifah Umar disambut Patriarch Yerusalem, Uskup Agung Sophronius, yang didampingi oleh pembesar gereja, pemuka kota, dan para komandan pasukan Muslim. Para penyambut tamu agung itu berpakaian berkilau-kilauan, sedang Umar hanya mengenakan pakaian dari bahan yang kasar dan murah. Sebelumnya, seorang sahabat telah menyarankannya untuk mengganti dengan pakaian yang pantas, namun Umar berkata bahwa dirinya mendapatkan kekuatan dan statusnya berkat iman Islam, bukan dari pakaian yang dikenakannya. Saat Sophronius melihat kesederhanaan Umar, dia menjadi malu dan mengatakan, "Sesungguhnya Islam mengungguli agama-agama manapun."

Di depan The Holy Sepulchure (Gereja Makam Suci Yesus), Uskup Sophronius menyerahkan kunci kota Yerusalem kepada Khalifa Umar r.a. Setelah itu Umar menyatakan ingin diantar ke suatu tempat untuk menunaikan shalat. Oleh Sophronius, Umar diantar ke dalam gereja tersebut. Umar menolak kehormatan itu sembari mengatakan bahwa dirinya takut hal itu akan menjadi preseden bagi kaum Muslimin generasi berikutnya untuk mengubah gereja-gereja menjadi masjid. Umar lalu dibawa ke tempat di mana Nabi Daud Alaihissalam konon dipercaya shalat dan Umar pun shalat di sana dan diikuti oleh umat Muslim. Ketika orang-orang Romawi Bizantium menyaksikan hal tersebut, mereka dengan kagum berkata, kaum yang begitu taat kepada Tuhan memang sudah sepantasnya ditakdirkan untuk berkuasa. "Saya tidak pernah menyesali menyerahkan kota suci ini, karena saya telah menyerahkannya kepada ummat yang lebih baik ...," ujar Sophronius.

Umar tinggal beberapa hari di Yerusalem. Ia berkesempatan memberi petunjuk dalam menyusun administrasi pemerintahan dan yang lainnya. Umar juga mendirikan sebuah masjid pada suatu bukit di kota suci itu. Masjid ini sekarang disebut sebagai Masjid Umar. Pada upacara pembangunan masjid itu, Bilal r.a. - bekas budak berkulit hitam yang sangat dihormati Khalifah Umar melebihi dirinya - diminta mengumandangkan adzan pertama di bakal tempat masjid yang akan didirikan, sebagaimana adzan yang biasa dilakukannya ketika Rasulullah masih hidup. Setelah Rasulullah saw wafat, Bilal memang tidak mau lagi mengumandangkan adzan. Atas permintaan Umar, Bilal pun melantunkan adzan untuk menandai dimulainya pembangunan Masjid Umar. Saat Bilal mengumandangkan adzan dengan suara yang mendayu-dayu, Umar dan kaum Muslimin meneteskan air mata, teringat saat-saat di mana Rasulullah masih bersama mereka. Ketika suara adzan menyapu bukit dan lembah di Yerusalem, penduduk terpana dan menyadari bahwa suatu era baru telah menyingsing di kota suci tersebut.[]

Dikutip dari Knights Templar Knights of Christ, yang ditulis Rizki Ridyasmara, diterbitkan oleh Pustaka Kautsar, 2006.

Hmm.. Apa gunanya Sapu Lidi??

Saat itu hari menjelang sore. Di sebuah surau, terlihat seorang lelaki tua bersama beberapa orang anak remaja. "Sekarang Abah mau menerangkan satu hal yang sangat penting dalam hidup kalian," ujar lelaki yang menyebut dirinya Abah tersebut.


"Apa itu teh Abah?" tanya salah seorang anak. "Sebelum menjawab pertanyaan, Abah ingin setiap kalian membawa sebuah sapu lidi," jawab Abah. Anak-anak itu terlihat sedikit bingung dengan apa yang dikatakan Abah, tapi akhirnya mereka pun menuruti keinginan Abah. Masing-masing anak kembali ke rumah untuk mengambil sapu lidi.

"Nah, syukurlah kalian telah memegang sapu lidi," ujar Abah sambil memandangi anak-anak yang berjumlah empat orang tersebut. "Tugas kalian adalah menyapu halaman masjid ini sebersih mungkin. Agus menyapu bagian depan, Apud menyapu bagian kiri, Nana yang bagian kanan, dan Roni bagian belakang," kata Abah dengan rinci. Ia pun melanjutkan, "Abah beri kalian waktu selama tiga puluh menit untuk menyapu, setiap satu menit kalian harus mencabut sebatang lidi, dan setiap sapu harus terdiri dari tiga puluh batang lidi. Siapa yang paling banyak menyapu dan paling cepat, maka ia akan mendapatkan hadiah".

Segera saja keempat anak itu mengerjakan apa yang diperintahkan Abah. Dengan tekun dan gesit mereka menyapu halaman sekitar masjid yang cukup luas. Setiap satu menit Abah menepuk tangan sebagai tanda agar keempat muridnya mencabut sebatang lidi. Begitulah proses tersebut berlangsung. Batangan lidi yang berjumlah tiga puluh tersebut, satu demi satu hilang seiiring berlalunya waktu. Pada hitungan ketiga puluh, kumpulan lidi tersebut habis semua.

Setelah itu Abah memeriksa hasil kerja keempat muridnya. Tenyata hasilnya berbeda-beda. ada yang mampu menyapu seluruh halaman, ada yang hanya setengah, bahkan ada yang hanya sedikit. Abah hanya tersenyum saja. Sejenak kemudian dia memanggil keempat anak tersebut.

"Anak-anakku, Abah lihat kalian sudah menyapu dan hasilnya pun Abah rasa cukup menggembirakan. Halaman masjid menjadi bersih, walaupun Abah melihat bahwa sebagian dari kalian tidak berhasil membersihkan sampah secara keseluruhan," ungkap Abah.

Setelah semuanya berkumpul, Abah bercerita kembali, "Ketahuilah anakku, bahwa salah satu harta yang Allah berikan kepada manusia adalah waktu. Ia adalah modal terbesar yang harus kita gunakan sebaik-baiknya. Barangsiapa yang mampu memanfaatkannya secara baik, maka ia akan bahagia hidupnya; tapi barangsiapa menyia-nyiakan waktunya maka ia akan sengsara.

"Abah, apa hubungan antara waktu dengan sapu lidi?" tanya seorang muridnya. "Itulah yang akan Abah terangkan kepada kalian," kata Abah. Ia pun melanjutkan petuahnya, "Hidup seorang Muslim itu seperti sapu lidi yang kokoh. Setiap hari satu batang lidi gugur, sampai pada satu saat tidak ada lagi lidi yang tersisa. Jadi lidi ini dapat dianalogikan dengan waktu yang membentuk hidup kita. Kalau kita memboroskannya berarti lidi itu hilang tanpa kita sempat menyapu. Karena itu, menyapulah sebanyak dan sesering mungkin sebelum lidi-lidi itu berguguran. Gunakanlah waktu muda kalian untuk berkarya besar, sebelum datangnya waktu tua saat kalian tidak mampu lagi berbuat apa-apa".

(lupa sumbernya, harap diingatkan)

Kesunyian Cahaya


Padang pasir terhampar luas
tiada air, kering kerontang
pasir bertebangan, menampar udara yang membakar

cahaya menyinari dunia
siang, malam silih berganti
namun cahaya merasa sunyi
udara gurun pasir yang membahar itulah membuatnya sunyi

berpikir
merenung

cahaya datang untuk menyinari bukan membatu udara
datang bukan untuk menyakiti
membuat dahaga

kembali menyendiri...

tersadar kembali, tanpanya bumi terguncang
tumbuhan tenggelam
walau terik pun, ia tetap menyinari
sebuah keharusan, tiada bergoyang tiada ragu
pada kenyataan tugasnya

tak harus menyesuaikan dengan semua
terjang!
yang lain membutuhkannya..

EHP
060810

Bintang

malam ini begitu sepi, tiada rasa, tiada jiwa
langitpun begitu gelap, hotam, menutupi dunia
bintang datang untuk menyinari dan mewarnainya
secercah cahaya memberi harapan bagi semua

kecil, namun memberikan keindahan, karena pancaran sinarnya
bertaburan, berkelap kelip, sahut menyahut.

Ia bukanlah matahari yang menjadi pusat penyinaran bumi disiang hari.
Bukan juga rembulan, besar mudah terlihat

bukan tidak ingin, bintang seperti rembulan.
namun ia merendahkan hatiny, tak perlu besar namun ia lah secercah harapan

selayaknya bintang harapan itu teruslah ada.
mereka terus bersina, tiada meredup sekalipun.
namun terkadang kitalah yang menghalanginy, membuatnya seolah meredup.
lihat langit jakarta!

bila kit asedikit punya keinginan utnuk terus menanjak, berada di atas, menaklukkan atap2 penghalang.
PASTI! PASTI! harapan itu akan terlihat jelas menyinari kita.
sebagaimana bintang yang bersinar dengan indahnya menyambut kita dari atas sana.

270710

Sebuah Jawaban Atas Keindahan

suatu perjalanan di pagi hari
suntuk, mengantuk, namun tetap terpahat dalam hati
dimulai ketika para pepohonan berceria, mandi, dan tertawa atas datangnya sekawanan air yang mengelilingi tubuh mereka.
lalu kulihat para burung berkumpul, bernya...nyi ala kadarnya,
yah hanya ala kadarnya, yang bila kudengar aku merasakan ketentraman, nyaman,dan damai

matahari mulai menyambutku dari kejauhan,
keemasannya berusaha menutupi kegelapan para langit, begitu juga kegelapan mata dan hatiku.

namun ku tersadar itu hanyalah salah satu mimpi indahku.

keindahan itu bukanlah apa yang kita lihat diluar, bukan apa yang kita rasakan.
namun keindahan itu berasal dari lubuk hati, jiwa terdalam.

tak bisa dipungkiri dan tak bisa dibohongi,
namun ketika hatimu tertutupi banyak keindahan yang kau rasa hanya seperti mimpi.
kau impikan itu namun tak kau rasakan.

EHP
260710